Sarip Tambak Oso
Dari beberapa
pertanyaan yang saya tanyakan kepada beberapa teman saya, tidak banyak yang
mengetahui tentang salah satu cerita legenda Kota Surabaya, "Sarip
Tambak Oso", Padahal cerita ini sangat populer di kalangan
anak muda pada jamannya, semangat nasionalisme mereka seolah terbakar ketika
mendengar cerita ini, dari orang tua mereka, atau dari pentas-pentas ludruk di
kampung-kampung. karena memang cerita ini sering dipakai untuk cerita pertunjukan
Ludruk di Surabaya.
Cerita
Sarip Tambak oso mungkin hampir mirip dengan legenda Robin Hood, yaitu seorang
pencuri yang mencuri dari para bangsawan atau dari pemerintah kolonial belanda
dan hasil curiannya kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.
kisah.nya yang saya
kutip dari sarip tambak oso daerah Tambak Oso dibagi menjadi dua
wilayah yaitu wilayah kulon kali yang dikuasai oleh seorang jagoan bernama
Paidi, dan Wilayah wetan kali yang dikuasai oleh Sarip.
Sarip yang dikenal
sebagai seorang pencuri yang merugikan Belanda, kemudian menjadi target operasi
Pemerintah Belanda, suatu hari Sarip melihat ibunya sedang dihajar oleh Lurah
Gedangan karena tidak sanggup membayar pajak tanah, Sarip yang berwatak keras
lalu mengambil sebilah pisau dapur yang menjadi senjata andalannya dan membunuh
Lurah Gedangan.
Dilain hari
diceritakan Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari Nagih pada orang2
yang terpaut utang dengan orang tuanya, di tengah jalan bertemu dengan Sarip
dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum
mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip.
Sarip yang punya perangai kasar tidak sabar dan memaksa Saropah untuk
menyerahkan Arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan
tersebut munculah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah
Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman
orang2 yang tidak senang.
Setelah terjadi
perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar
tersebut. Sebilah pisau dapur ternyata tidak lebih mumpuni dibanding Jagang
Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian
tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati.
Di hilir sungai ibu
Sarip Sedang mencuci pakaian melihat seorang mayat yang ternyata adalah mayat
Sarip. Spontan sang Ibu Menjerit. " Sariiip durung wayahe Nak....."
(Sarip Belum Waktunya Nak) dan ajaibnya sarip pun bangkit dari kematiannya ..
Kemudian ibunya
bercerita, ketika Sarip masih dalam kandungan, Ayahnya bertapa di Goa Tapa
(daerah Sumber Manjing)selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat
anak keduanya telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah
"Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada
Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, bahwa Sarip akan
dapat bangkit dari kematian apabila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh
1.000 kali dalam sehari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar