Minggu, 18 November 2012

Cerita Legenda jawa timur

Sarip Tambak Oso
 
     Dari beberapa pertanyaan yang saya tanyakan kepada beberapa teman saya, tidak banyak yang mengetahui tentang salah satu cerita legenda Kota Surabaya, "Sarip Tambak Oso", Padahal cerita ini sangat populer di kalangan anak muda pada jamannya, semangat nasionalisme mereka seolah terbakar ketika mendengar cerita ini, dari orang tua mereka, atau dari pentas-pentas ludruk di kampung-kampung. karena memang cerita ini sering dipakai untuk cerita pertunjukan Ludruk di Surabaya.

      Cerita Sarip Tambak oso mungkin hampir mirip dengan legenda Robin Hood, yaitu seorang pencuri yang mencuri dari para bangsawan atau dari pemerintah kolonial belanda dan hasil curiannya kemudian dibagi-bagikan kepada rakyat miskin.

      kisah.nya yang saya kutip dari sarip tambak oso daerah Tambak Oso dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah kulon kali yang dikuasai oleh seorang jagoan bernama Paidi, dan Wilayah wetan kali yang dikuasai oleh Sarip.

      Sarip yang dikenal sebagai seorang pencuri yang merugikan Belanda, kemudian menjadi target operasi Pemerintah Belanda, suatu hari Sarip melihat ibunya sedang dihajar oleh Lurah Gedangan karena tidak sanggup membayar pajak tanah, Sarip yang berwatak keras lalu mengambil sebilah pisau dapur yang menjadi senjata andalannya dan membunuh Lurah Gedangan.

      Dilain hari diceritakan Saropah (adik misan Sarip) hendak pulang dari Nagih pada orang2 yang terpaut utang dengan orang tuanya, di tengah jalan bertemu dengan Sarip dan pada saat itu Sarip bermaksud meminjam uang pada Saropah, karena belum mendapat izin dari orang tuanya, Saropah tidak mengabulkan permintaan Sarip. Sarip yang punya perangai kasar tidak sabar dan memaksa Saropah untuk menyerahkan Arloji yang sedang dipakainya, dan disaat terjadi perseteruan tersebut munculah Paidi yang hendak menjemput Saropah. Oleh Orang tua Saropah Paidi memang telah dipercaya untuk menjaga Saropah agar aman dari ancaman orang2 yang tidak senang.

      Setelah terjadi perang mulut antara Sarip dan Paidi, terjadilah duel antara dua pendekar tersebut. Sebilah pisau dapur ternyata tidak lebih mumpuni dibanding Jagang Baceman yang notabene lebih panjang, akhirnya Sarip tewas dalam perkelahian tersebut dan mayatnya dibuang di sungai Sedati.

      Di hilir sungai ibu Sarip Sedang mencuci pakaian melihat seorang mayat yang ternyata adalah mayat Sarip. Spontan sang Ibu Menjerit. " Sariiip durung wayahe Nak....." (Sarip Belum Waktunya Nak) dan ajaibnya sarip pun bangkit dari kematiannya ..

      Kemudian ibunya bercerita, ketika Sarip masih dalam kandungan, Ayahnya bertapa di Goa Tapa (daerah Sumber Manjing)selama beberapa waktu, dan ayahnya kembali pada saat anak keduanya telah lahir dengan membawa sebongkah kecil tanah merah "Lemah Abang". Selanjutnya tanah tersebut dibelah dan diberikan pada Sarip dan Ibunya untuk dimakan. Dikatakan oleh ayah Sarip, bahwa Sarip akan dapat bangkit dari kematian apabila ibunya masih hidup, meskipun ia terbunuh 1.000 kali dalam sehari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar